Wednesday, May 2, 2012

Empat Pilar Utama NLP



Ada empat pilar utama dalam NLP. Ini merupakan semacam manual book gitulah, agar kita menerapkan NLP itu tidak melenceng kemana-mana.

1. Outcome (hasil). Bayangkan jika kita bermain sepak bola tapi tidak ada gawangnya, bisa-bisa semrawut mainnya. Gawang merupakan tujuan dan hasil akhir, tujuan main bola yang utama kan masukin bola ke kandang lawan bukan ke kandang ayam, benar begitu masbrow?. Begitu juga dengan tindakan kita, dengan menetapkan hasil akhir yang jelas maka kita bisa mengalokasikan sumber daya kita secara maksimal untuk mencapai hasil akhir yang kita inginkan.

2. Rapport. Ini sudah saya singgung singkat di postingan paling awal tentang pengenalan NLP. Intinya sih dengan rapport ini kita bisa membuat lawan komunikasi kita menjadi nyaman dan membuat komunikasi menjadi efektif. Saya akan buat postingan tentang rapport ini secara khusus biar kita bisa lebih mengenal lebih dalam lagi tentang rapport. Ditunggu saja ya :D

3. Sensory Accuity (Akuitas Sensorik). Kemampuan dari kita dalam menggunakan panca indera dalam mengamati orang lain (lawan komunikasi) tapi tidak boleh menilai apapun sebelumnya. Misalnya gini, kita ngomong pada seseorang yang serba wah, tampangnya wah, bodynya wah… kita tidak boleh minilai apapun sebelumnya tentang orang ini, hilangkan semua penilaian bahwa orang ini pasti sombong, angkuh dsb. Tujuannya apa? Tujuannya adalah agar lawan komunikasi kita bisa memberikan respon yang maksimal.

Ini juga bakalan kita bahas secara khusus lagi plus teknik-tekniknya untuk meningkatkan ketajaman akuitas sensory kita, jadi ditunggu lagi ya :D

4. Flexibility (fleksibilitas), kalau mau ngegolin nggak bisa lewat tengah, coba lewat sayap. Kalau mau men-tackel bola nggak bisa, tackle saja kaki lawan. Maksud dari fleksibiltas kan seperti itu, gunanya adalah dalam metode berkomunikasi itu kan tidak selalu metodenya berhasil, nah untuk menjaga agar outcome atau hasil akhir tetap bisa dicapai kita perlu mengganti strategi komunikasi kita. Plan A gagal, pakai plan B…

NLP Logical Level

NLP Logical Level merupakan tahapan-tahapan bagaimana suatu mental dan persepsi terbentuk. Level ini dibuat untuk membantu kita dalam memahami proses berpikir manusia yang menciptakan kondisi mental tertentu.

NLP Logical Level atau biasa disebut juga NLP Logical Level of Change diaplikasikan pertama kali oleh Robert Dilts. Metode ini juga banyak dikembangkan oleh Gregory Bateson, menurutnya proses dari belajar, berubah dan berkomunikasi seseorang bisa dilihat lewat tingkatan dari NLP Logical Level. Seperti apa bentuknya? Mari kita lihat gambar dibawah ini

  1. Level terbawah adalah environtment (lingkungan). Ini merupakan faktor luar yang mempengarui seseorang. Kondisi lingkungan, lokasi tempat tinggal seseorang, kondisi sosial masyarakatnya, keluarga, pendidikan dan pergaulannya
  2. Level kedua adalah behaviour (perilaku). Apa yang seharusnya seseorang lakukan, ini dipengaruhi juga dari lingkungannya. Seseorang yang berperilaku buruk, misalnya suka mencuri sendal bisa jadi dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya
  3. Selanjutnya adalah capability (kecakapan). Ini merupakan kemampuan dari seseorang yang dimiliki atau diperoleh karena kondisi-kondisi level sebelumnya.
  4. Belief. Keyakinan yang sudah tertanam dalam diri seseorang.
  5. Dan yang terakhir adalah identity. “Inilah saya” istilahnya begono

Contoh saja biar kita nggak bingung :

Misalnya saja ada seorang anak bernama John Lenong atau biasa dipanggil Jono. Si Jono ini belajar tinju. Keluarga, teman-teman, pacarnya, bu guru dan pak gurunya mendukung penuh hobi yang dilakukan oleh si Jono – level pertama adalah lingkungan yang mendukung.

Akibatnya si Jono selalu semangat dalam latihan tinju, sehari bisa sampai empat kali padahal makan saja sehari cuma dua kali, maklum anak kost – level kedua, si Jono berperilaku sebagai petinju

Karena itulah si Jono punya kemampuan bertarung tinju yang hebat – capability atau kemampuan Jono sebagai seorang petinju

Dari itu semua si Jono percaya bahwa dia adalah seorang petinju hebat – belief atau value yang sudah tertanam dalam diri Jono

Ketika kita mempertanyakan siapakah Jono? Si Jono akan mengakui bahwa dirinya adalah seorang petinju – identity

Bagaimana dengan kita? Mungkin kita punya sesuatu yang kita takuti, misalkan saja takut liat ular cobra yang segede gaban, ya iyalah (wah, contoh yang ekstrim) – ganti saja, misalnya kita takut lihat badut (fobia badut), bisa kita runut bagaimana kita bisa takut terhadap badut. Mungkin lingkungan kita dulu yang menyebabkan kita takut terhadap badut, waktu kecil pernah lihat penjahat yang menyamar jadi badut dan menculik seorang anak bernama miyami sehingga persepsi yang timbul dalam pikiran kita menyebabkan kita menganggap badut adalah orang jahat dan suka menculik miyami, misalnya saja.


Submodality Lanjutan

Setelah membaca postingan saya yang berjudul Submodality dan Representational System. Kini kita sama-sama belajar tentang submodality lebih lanjut.

Kita lihat dulu gambarnya bro dan sistah :

Dan kaitannya dengan Representational system yang telah kita bahas dulu adalah seperti ini :

Ok mas brow dan mbak sistah. Setelah jelas kaitannya maka kita akan membahas bagaimana merubah persepsi lewat lewat utak atik submodality. Masih ingat kasus guru killer bahas inggris di postingan saya yang berjudul Submodality dan Representational System.

Pertama kita munculkan dulu guru killer kita dalam pikiran kita, ingat-ingat betul termasuk suaranya dan kita ubah misalnya menjadi seperti ini :

Ubah suaranya juga dari yang galak menjadi lemah lembut. Lakukan proses ini berulang-ulang. Kenapa berulang-ulang karena salah satu cara menanamkan hal baru kedalam otak bawah kita adalah dengan repitisi atau pengulangan.


Submodality dan Representational System

Sebelumnya mari kita bahas dulu tentang indera. Yang pertama adalah penglihatan (visual), fungsinya ya udah pada tahu semua kan. Terus ada pendengaran (auditory), penciuman (olfactory), perasa (gustatory) dan peraba – emosi (kinesthetic). Parameter untuk indera tersebut itulah yang namanya submodality kalau dalam NLP. Yang paling penting adalah visual, auditory dan kinesthetic karena lewat ketiga indera inilah kita paling sering menangkap kejadian atau event dari luar pikiran kita. Bagaimana kejadian-kejadian yang ditangkap oleh indera kita itu dibaca oleh pikiran? Caranya lewat sebuah translator.

Translator untuk pikiran kita itulah yang disebut dengan Representational system. Contoh singkatnya begini. Jika saya mengatakan mobil balap ferarri, apa yang kira-kira muncul di pikiran kita? Warna mobilnya merah terang, suara mesinnya mengaung-ngaung, larinya mak wuzzz… Bagaimana gambaran mobil ferarri terbentuk seperti itu kok tidak mobil yang warnanya pink motif polkadot, suaranya eprett…eprett… karena sebuah pengalaman yang terjadi berulang-ulang masuk ke dalam pikiran kita akan membuat sebuah persepsi. Seperti contoh mobil ferarri tadi, kita mempersepsikan mobil seperti tadi. Jadi ketika kita mengingat sebuah mobil ferarri maka Representational system akan menerjemahkan sebuah gambaran mobil ferarri warna merah dengan suara yang ngaung…ngerr…ngerr… kedalam pikiran kita

Gambarnya seperti ini:

Semua proses berpikir adalah secara itu. Ada kejadianàditangkap inderaà diterjemahkan dengan Representational system à persepsi dalam diri kita.

Sekarang jika kasusnya adalah orang yang sedang mengalami fobia takut guru killer bahasa inggris. Bagaimana orang takut? Karena dia memiliki persepsi yang berbeda terhadap guru bahasa inggris tersebut. Bagaimana caranya agar tidak takut sama guru bahasa inggris? Kita manipulasi aja Representational systemnya. Kita buat Representational system tadi menerjemahkan guru bahasa inggris tadi menjadi manis, seksoi, ngomongnya lembut agar persepsinya berubah. Emang bisa? Bisa, caranya, kita utak atik aja submodality kita. Untuk lebih lengkapnya, baca postingan saya tentang submodality jilid selanjutnya J

NLP

NLP atau lengkapnya adalah Neuro Linguistic Programming adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana sih otak kita bekerja. Dengan NLP kita juga bisa tahu bagaimana suatu mental dalam diri kita itu terbentuk. NLP juga banyak digunakan tidak hanya oleh terapis dalam menyembuhkan “penyakit” mental dalam artian seperti fobia, stress, ketakutan-ketakutan akan lingkungan sosial atau tidak percaya diri jika bertemu orang lain tapi NLP juga juga banyak digunakan oleh seorang motivator, psikolog, entertainer, olahragawan bahkan seorang politisi juga lho

Dalam NLP kita akan menemukan banyak sekali metode untuk membantu kita dalam merubah sikap mental kita. Caranya adalah dengan berkomunikasi dengan diri kita sendiri agar persepsi dari diri kita bisa berubah. Contohnya jika kita takut terhadap hantu semacam suster ngepot, itu adalah persepsi yang terbentuk dalam pikiran kita. Lewat NLP kita mempelajari bagaimana persepsi semacam itu bisa nongol di kepala kita (neuro), lalu kita ubah persepsi kita dengan berkomunikasi pada diri kita (linguistic), oleh sebab itulah ini disebut dengan suatu cara yang terstruktur (programming).

Tak hanya itu juga, NLP juga bermanfaat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Lewat metode-metode seperti rapport dimana dengan metode tersebut kita bisa membuat nyaman lawan bicara kita. Ini salah satu cara yang ampuh lho bagi yang mau pedekate sama cem-cemannya :D nggak perlu pakai pelet segala.

Selain itu masih buanyak lagi yang diajarkan lewat NLP. Mau tahu apa saja? Yuk, kita belajar bareng-bareng tentang NLP…